Matematika Mengajarkan Taqwa

Matematika Mengajarkan Taqwa

            Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari manusia disibukkan dengan angka-angka. Mari merenung sejenak, saat hendak membeli sesuatu, manusia membutuhkan uang, dan tidak ada uang yang tidak berangka dan berbilang. Mulai 100, 1.000, 10.000, 100.000 dan seterusnya. Saat manusia berkompetisi atau berlomba pasti mengiginkan keberhasilan. Salah satu tanda keberhasilannya adalah juara 1. Saat manusia belajar di sekolah atau kulyah, salah satu indikator keberhasilannya adalah ia memperoleh nilai yang bagus, sedangkan nilai bagus itu biasa dicoversikan dengan angka 80-100 atau 3.00 - 4.00. Tubuh kita  juga tersusun atas anggota yang semuanya berangka, seperti 1 mata, 2 telinga, 1 hidung, dll. Semuanya berbilang bukan?.
           
Bukan hanya itu, yang paling mengesankan dalam kehidupan umat islam yang sehari-hari juga disibukkan dengan angka-angka pula. Dalam sehari semalam, minimal melakukan shalat wajib 5 kali dengan jumlah rakaat 17 kali. Kalimat-kalimat Thoyyibah yang dijadikan wirid setiap setelah shalat (Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar) masing-masing biasa dibaca sebanyak 33 kali. Shalat trawih yang biasa dikerjakan berjumlah 8-20 rakaat, shalat witir biasa dikerjakan mulai 1-11. Orang yang lebih banyak mengkhatamkan Al-Qur’an lebih baik dari yang sedikit. Dan Kata banyak atau sedikit pada akhirnya juga angka dan berbilang. Dalam soal ibadah ternyata yang paling banyak mengerjakan, dialah yang paling banyak mendapatkan pahala, tentu dengan ke khusyukannya. Yang lebih banyak melakukan ibadah, maka asumsinya, ia adalah yang lebih bertaqwa. Lagi-lagi juga behubungan angka. Dan masih banyak lagi contoh yang lain.
            Dari paparan di atas mari kita renungkan kembali, saat manusia membeli sebungkus nasi dengan uang 10.000 ribu, sejatinya agar dia bisa hidup dan dapat melaksanakan kewajiban-kewajibanya sebagai seorang hamba di muka bumi. Saat manusia belajar dengan rajinnya, kemudian dia menjadi orang pintar dan alim, pada akhirnya yang diperoleh adalah nilai bagus. Sejatinya hal ini adalah untuk menghilangkan kebodohan liridoillah. Semuanya jalan yang dilalui dengan angka-angka diatas ternyata jalan untuk mencapai predikat keta'atan dan taqwa dalam rangka ibadah kepada Allah.
            Terkadang kita mengeluh karena diberi tugas atau tanggung jawab yang banyak, dan tugas yang menumpuk. Padahal seandainya kita mampu merenungi maksud dari angka yang banyak itu sejatinya untuk menjadikan kita lebih kuat dan tegar, sehingga menjadi hamba yang tangguh dan lebih bertaqwa. Demikianlah perintah Allah agar mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya. Berapa % kah kita patuh kepada Allah, 50 %, 70 % atau bahkan 100 %. Ternyata kita tidak bisa lepas dari angka-angka. 
            Kalau kita renungkan kembali, yang pertama kali mengajarkan angka dan bilangan adalah Al-Qur’an (Lihat surat Al-Baqarah ayat 196 ). Ayat ini mengajarkan agar kita menjadi hamba yang taat atas perintahnya agar lebih bertaqwa. Semoga dibalik angka-angka ini Allah memberikan keteguhan dan ketabahan kepada kita dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga semakin tinggi angka dan bilangan dalam beribadah, maka semakin kuat keimanan dan kataqwaan kita kepada Allah. Dan saat kita diskusi tentang angka atau bilangan, maka teorinya ada pada MATEMATIKA.

by: Imam Qori

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENERAPKAN KONSEP DALAM KEHIDUPAN

Kumpulan Kisah Ajaib Penghafal Al-Qur'an

PAS ILMU TAFSIR XII AGAMA