Memahami Al-Qur’an itu tidak Penting
Memahami
Al-Qur’an itu tidak Penting
Suatu kerinduan yang amat sangat
yang dirindukan oleh banyak orang untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, menghafal dengan lancar, dan
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Diantara sekian kerinduan
ini menghafal Al-Qur’an merupakan sesuatu
yang sangat difavoritkan oleh banyak orang karena keutamaannya yang sangat luar
biasa. Bahkan bukan hanya menghafal, tapi juga memahaminya. Mengingat sebuah
Hadist yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.
"إن الذي ليس في جوفه شيئ من القرآن كا البيت الخريب" (ابن
عباس)
“Sesungguhnya orang yang
tidak memiliki hafalan sedikitpun dalam hatinya seperti rumah kumuh yang mau
runtuh”
Pernyataan ini sangat sederhana, namun memiliki makna yang sangat luas. “Seseorang yang tidak memiliki hafalan Al-Qur’an sedikitpun dalam hatinya, bagaikan satu rumah kumuh yang mau runtuh”. Kita mungkin dapat membayangkan bagaimana keadaan rumah yang kumuh dan mau runtuh, adakah seseorang yang mau menempatinya?. Sudah barang tentu tidak ada. Itulah keadaan hati yang tidak memiliki hafalan Al-Qur’an sedikitpun. Hati akan mati, tidak mampu melihat mana yang benar dan mana yang salah. Namun kita yakin bahwa dalam hati kita masih menyimpan ayat-ayat-Nya, walaupun hanya surat Al-Fatihah. Bahkan tidak sedikit dari kita yang hafal 30 Juz. Setiap hari lidah kita tidak lepas dari membacanya. Amien..
Bukan sekedar membaca, namun banyak
juga yang kita fahami kandungan dan isinya. Ada ayat yang berisi perintah, ada pula ayat larangan. Ada ayat yang membawa
kabar gembira, ada juga ayat yang membawa kabar sedih. Kita faham juga bahwa
didalamnya ada ayat yang memberikan petunjuk agar kita sukses dunia dan akhirat.
Kita faham itu semua bukan???. Lalu,
pertanyaannya sekarang? Sejauh mana kita mengamalkan kandungan Al-Qur’an itu
dalam kehidupan sehari-hari?????. Kita faham larangan Allah dalam Al-Qur’an, namun
seberapa patuh kita meninggalkannya. Kita faham perintah Allah dalam Al-Qur’an,
namun seberapa patuh kita melaksanakannya?. Memahami saja tidak cukup, tanpa
kita amalkan. Coba kita renungkan
perkatan Imam Al-Ghazali :
“ Perumpamaan
orang yang membaca Al-Qur’an dan tidak mengamalkannya, seperti raja yang mengirim
surat pada gubernurnya dan memerintah
agar membangun istana di salah satu sudut kerajaannya, lalu gubernur itu hanya membacanya
setiap hari, namun tidak juga membagunnya. Apakah pantas bagi gubernur itu
untuk mendapatkan siksaan dari raja?.” [Sudah pasti raja itu akan memberi
hukuman kepadanya bukan?]. (Fadloilul Qur’an
Hal: 34).
Allah akan memberikan hukuman kepada
siapapun yang tidak mengindahkan perintah ataupun larangannya yang telah
termaktub dalam Al-Qur’an, tentunnya bagi mereka yang faham namun tidak
mengamalkannya. Al-Qur’an menganjurkan agar ia dijadikan sebagai petunjuk utama
dalam segala hal. Sebagai tempat curhat saat lagi sedih ataupun senang. Namun ternyata
kita kadang lalai, lebih memilih FACEBOOK sebagai tempat curhat. Padahal kita
tahu, “Tombo ati iku limo, salah satunya moco Qur’an lan maknani” mentadabburi
maknanya, lalu mengamalkannya.
Lalu, kalau demikian??? “Pentingkah memahami
Al-Qur’an, namun kita tidak mengamalkanya???”. Ilmu apapun tidak akan ada
manfaatnya tanpa diamalkan dan digunakan. Kita berharap mudah-mudahan kita
semua mampu memahami dan mengamlkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari (terutama
penulis yang masih berusaha belajar untuk memahami dan mengamalkannya). tidak
hanya terucap dimulut, namun juga dibuktikan dengan perbuatan. Semoga kita
semua mampu mengamalkan apa yang kita ketahui. Amin..
العالم مَنْ عمِلَ بِعلمِه
ولَوْ قليلا
“orang alim itu orang yang mengamalkan
ilmunya walau sedikit”
(لا يزال العالم جاهلاً حتى يعمل بعلمه فإذا عمل به صار عالماً)
“Orang berilmu tetap saja dikatakan bodoh hingga ia mampu
mengamlkan ilmunya, jika dia sudah mengamalkan baru dia dikatakan orang alim” (Al-Fudhail Bin ‘Iyadh)
Komentar
Posting Komentar