Assesment Ilmu Tafsir

 Silahkan uploud tulisan kalian tentang contoh (1) Tafsir, Takwil dan Tarjemah, (2) Sejarah Tafsir, (3) Metode Tafsir Bir Ro'yi dan Tafsir bil Ma'tsur.


Tulis jawaban kalian di kolom komentar dibawah ini: semoga sukses dan bermanfaat

Komentar

  1. Contoh Tafsir :

    Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 255:

    وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ

    “Kursi-Nya seluas langit dan bumi.”

    Tafsir ayat:

    أن كرسيه لم يضق عن السماوات والأرض لبسطته وسعته وما هو إلا تصوير لعظمته ولا كرسي ثمة ولا قعود ولا قاعد

    ما روى أنه خلق كرسيا هو بين يدي العرش دونه السماوات والأرض وهو إلى العرش كأصغر شيء


    “Kursi Allah itu tidak menjadi sempit oleh langit dan bumi. Menunjukkan luasnya kursi Allah. Menjelaskan keagungan Allah. Bukan menjelaskan kursi itu sendiri, maupun duduk-Nya.

    “Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Allah menciptakan kursi di hadapan singgasana, yang di bawahnya adalah langit dan bumi. Kursi itu dibandingkan singgasana adalah sangat kecil.”

    Contoh Takwil :

    Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 255:

    وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ

    “Kursi-Nya seluas langit dan bumi.”

    Takwil ayat:

    Ayat di atas ditakwilkan dengan: ilmu.

    وسع علمه، وسمى العلم كرسيا تسمية بمكانه الذي هو كرسي العالم

    “Ilmu Allah (seluas langit dan bumi). Ilmu disebut kursi. Sesuai dengan kedudukan kursi di sebagai kursi orang yang berilmu.”

    وسع ملكه تسمية بمكانه الذي هو كرسي الملك

    “Kerajaan Allah (seluas langit dan bumi). Sesuai dengan kedudukan kursi di sini sebagai kursi seorang raja.”

    Contoh Terjemah :

    Bacaan latin: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm

    1. Artinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

    Bacaan latin: al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn

    2. Artinya: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

    الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

    Bacaan latin: ar-raḥmānir-raḥīm

    3. Artinya: "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

    مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

    Bacaan latin: māliki yaumid-dīn

    4. Artinya: "Yang menguasai di Hari Pembalasan."

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

    Bacaan latin: iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn

    5. Artinya: "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."

    اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

    Bacaan latin: ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

    6. Artinya: "Tunjukilah kami jalan yang lurus,:

    صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

    Bacaan latin: ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍụbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn

    7. Artinya: "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

    BalasHapus
  2. Nama: Zainal Ansori
    Kelas: Xl-A

    BalasHapus
  3. Contoh bi royi
    مالك يوم الدين أي الجزاء وهو يوم القيامة وخص بالذكر لأنه لا ملك ظاهرا فيه لأحد إلا لله تعالى بدليل { لمن الملك اليوم ؟ لله } ومن قرأ مالك فمعناه مالك الأمر كله في يوم القيامة أو هو موصوف بذلك دائما كغافر الذنب فصح وقوعه صفة لمعرفة

    (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah (dikenal).
    Contoh bil matsur
    Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an yaitu:

    قول الله: وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمانَهُمْ بِظُلْمٍ [الأنعام: 82] فسّره قوله تعالى: إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [لقمان: 13].

    “Firman Allah : Dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (QS. Al-An’am: 82), makna ‘kezholiman’ di sini ditafsirkan oleh firman Allah : Sesunggguhnya kesyirikan adalah kezholiman yang besar (QS. Luqman: 13)”"
    Farah fakhirah salsabila
    03 XI A

    BalasHapus
  4. Nama : Risalatul muawanah
    Kelas : XI - A
    Absen : 18

    Tafsir bill ma'tsur :

    Contoh Alquran dengan Sahabat:
    مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam safar atau datang dari tempat buang air atau kamu telah “menyentuh” istri(mu), kemudian kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); usaplah mukamu dan tanganmu (dengan debu). Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun” (QS. An-Nisa`: 43)
    Terdapat riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang menafsirkan makna menyentuh istri(mu) yang disebutkan Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab Tafsirnya,

    قال ابن أبي حاتم عن ابن عباس في قوله { أو لامستم النساء} قال: الجماع

    “Berkata Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas terkait dengan tafsir firman-Nya, atau kamu telah menyentuh istri(mu), beliau berkata, ‘(maksudnya adalah) berhubungan badan (jima’)

    Tafsir bill ro'yi :

    الحمد لله جملة خبرية قصد بها الثناء على الله بمضمونها على أنه تعالى : مالك لجميع الحمد من الخلق آو مستحق لأن يحمدوه والله علم على المعبود بحق رب العالمين أي مالك جميع الخلق من الإنس والجن والملائكة والدواب وغيرهم وكل منها يطلق عليه عالم يقال عالم الإنس وعالم الجن إلى غير ذلك وغلب في جمعه بالياء والنون أولي العلم على غيرهم وهو من العلامة لأنه علامة على موجده

    Artinya:

    (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya

    BalasHapus
  5. Ayla devina abas
    CONTOH TAFSIR BIL ro'yi
    إياك نعبد وإياك نستعين أي نخصك بالعبادة من توحيد وغيره ونطلب المعونة على العبادة وغيرها

    (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu dan lain-lainnya.

    CONTOH TAFSIR BIL ma'stur
    2. Contoh Alquran dengan Hadis:
    الذين أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ  أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

    “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (QS.Yunus : 26).

    Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menafsirkan tambahannya dalam ayat yang mulia di atas dengan melihat wajah Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Syuhaib bin Sinan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
    [20/9 11.16] Icha Slebew: أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

    “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS.Yunus: 62), makna wali Allah dalam firman Allah Ta’ala di atas, ditafsirkan dengan ayat yang selanjutnya:

    الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

    “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa” (QS.Yunus: 63).



    © 2023 muslim.or.id
    Sumber: https://muslim.or.id/29696-sumber-rujukan-dalam-menafsirkan-al-quran-1.html
    [20/9 11.16] Icha Slebew: شيئا أزيدكم فيقولون ألم تبيض وجوهنا ألم تدخلنا الجنة وتنجنا من النار قال فيكشف الحجاب فما أعطوا شيئا أحب إليهم من النظر إلى ربهم عز وجل

    “Apabila penduduk surga masuk kedalam surga, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu untuk Aku tambahkan kepada kalian.’ Maka mereka pun menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami?’ Bukankah Engkau telah memasukkan kami kedalam surga, dan Engkau telah menyelamatkan kami dari neraka?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu Allah menyingkap tabir, maka tidaklah mereka diberi suatu anugerah yang lebih mereka cintai daripada melihat Rabb mereka Azza wa Jalla.’ Dalam jalur riwayat lain, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat yang agung ini,

    لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ

    “ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah)” ([QS.Yunus: 26] HR. Imam Muslim 187 )

    BalasHapus
  6. Contoh Tafsir
    Ayat yang hendak ditafsirkan (1) :
    Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Fath ayat 10:
    يَدُ ٱللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
    “Tangan Allah berada di atas tangan mereka.”
    Penafsirannya:
    يد الله فوق أيديهم، فهو معهم يسمع أقوالهم، ويرى مكانهم، ويعلم ضمائرهم وظواهرهم
    “Tangan Allah berada di atas tangan mereka. Maka Allah selalu bersama mereka. Dia selalu mendengarkan perkataan mereka. Dia selalu melihat tempat mereka. Dan Dia senantiasa mengetahui isi hati dan keadaan yang nampak dari mereka.”
    Contoh takwil
    وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَ‌بِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَ‌امِ
    Artinya : Dan akan kekallah wajah Tuhanmu Yang mempunyai kebesaran dan Kemuliaan:(Ar-Rahman 55:27)
    Takwil salaf – Kita tidak mengetahui maksud wajah Allah di dalam ayat di atas , dan kita serahkan maknanya yang sebenar kepada Allah , tetapi kita mengiktikadkan mustahil Allah itu daripada bersamaan dengan makhluk beranggota wajah dan bersuku - suku.Takwil khalaf – Yang dimaksudkan wajah di dalam ayat di atas ialah zat Allah.Maka jadilah makna ayat tersebut “Dan kekallah zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”
    Contoh terjemah
    قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ
    Artinya: 1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,

    مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
    2. dari kejahatan makhluk-Nya,
    وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
    3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
    وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ
    4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
    وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
    5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.
    Nama:Moh. Adib FAIZULHAQ
    Absen;10
    Kelas:xl A

    BalasHapus
  7. Rohmatul laili
    XI A
    14
    Tafsir bir'roi
    Tafsir Al-Qur’an bis Sunnah ( Al-Qur’an dengan Sunnah Nabi SAW.).
    Yaitu menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan sunnah nabi Muhammad SAW.
    Contoh:
    Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Al-Barra’ bahwa Rasulullah SAW. ditanya
    ٱلَّذِينَكَفَرُوا وَصَد وا عَن سَبِيلِٱَّللَِّزِدۡنََٰهُمۡعَذَابٗافَوۡقَٱلۡعَذَابِبِمَاكَانُوا يُفۡسِدُونَtentang firman Allah dalam QS: An-Nahl[16] : 88
    “Orang-orang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah, akan Kami
    tambahkan kepada mereka siksaan diatas siksaan”, QS: An-Nahl[16] : 88
    Tafsir bil'matsur
    Tafsir Bir Ra’yi al-Mahmudah ialah tafsir Al-Qur’an hasil dari ijtihad yang jauh
    dari kebodohan dan penyimpangan. Tafsir ini sesuai dengan sistematika bahasa
    Arab, tergantung kepada metodologi yang tepat dalam memahami ayat-ayat AlQur’an. Penafsiran terhadap Al-Qur’an yang berdasarkan pada pemikiran yang
    memenuhi persyaratan dan bersandarkan kepada makna-makna Al-Qur’an,
    diperbolehkan dan dapat diterima. Tafsir semacam ini disebut tafsir yang terpuji
    atau tafsir yang syah. Dan diperbolehkan dengan dua syarat, yaitu:
    1). Ijtihad yang dilakukan tidak keluar dari nilai-nilai Al-Qur’an dan As-Sunnah.
    2). Tidak bertentangan dengan tafsir pada corak yang pertama yaitu tafsir Bil
    Ma’tsur.

    BalasHapus
  8. Maulidatul Mufida XI-A 08
    Tafsir bil ma'tsur
    contoh penafsiran ayat dengan tabi'in
    مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

    “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.”

    أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

    “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Huud : 15-16).

    Salafus Shaleh menyebutkan bahwa yang termasuk kedalam kandungan ayat ini, diantaranya adalah orang yang melakukan riya’ (memamerkan ibadah agar dipuji manusia), seperti yang disebutkan oleh Al-Baghawi rahimahullah dalam kitab Tafsirnya 2/391,
    .قال مجاهد : هم أهل الرياء

    Tafsir bir-ra’yi

    صِرَاطَ الذين أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ بالهداية ويبدل من الذين بصلته غَيْرِ المغضوب عَلَيْهِمْ وهم اليهود وَلاَ وغير الضالين وهم النصارى ونكتة البدل إفادة أن المهتدين ليسوا يهوداً ولا نصارى والله أعلم بالصواب، وإليه المرجع والمآب وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا دائما أبدا، وحسبنا الله ونعم الوكيل، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

    (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

    BalasHapus
  9. SITA NUR AZZAHRA
    XI A
    19


    a. Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
    Bentuk tafsir ini dapat kita temukan pada penafsiran kata dengan kata dalam ayat,
    atau ayat dengan ayat lain dalam satu surat, atau ayat dengan ayat pada surat yang
    lain. Contoh tafsir ini dalam QS: Alfatihah[1]: 6 اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ


    Contoh Tafsir Bi ra`yi

    Pada QS. Al-Ahzab ayat ke 59

    يَاَّيُهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزۡوَٲجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡہِنَّ مِن جَلَـٰبِيبِهِنَّۚ ذَٲلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورً۬ا رَّحِيمً۬ا ) الاٴحزَاب : ٥٩ (

    Artinya : “Hai, Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, putri-pitrimu, dan istri-istri orang-orang yang beriman. “Hendaklah mereka mengulurakan jilbabnya kedeluruh tubuh mereka”. Dengan pakaian serupa itu, mereka lebih mudah dikenal maka mereka tidak diganggu lagi, dan Allah senantiasa Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.

    BalasHapus
  10. Aida Safitri XIa no:24 Desember 2023 pukul 20.34

    sejarah tafsir
    -Pada masa Nabi Muhammad saw, penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an menjadi otoritas beliau. Namun, beliau hanya menafsirkan ayat- ayat Al-Qur’an yang dianggapnya penting dan yang ditanyakan oleh sahabtnya. Oleh karena itu, tafsir dari beliau hanya sedikit. Dan sumber penafsiran beliau adalah ayat-ayat Al-Qur’an . -Pada masa sahabat, penafsiran sahabat memiliki empat sumber yaitu: ayat-ayat Al-Qur’an, sunnah nabi, pendapat sahabat sendiri dan isrāilyyah. Sahabat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan isrāilyyah ketika mereka tidak menemukan penjelasannya dari Al-Qur’an atau dari sunnah.
    -Adapun pada masa tabi`īn, penafsiran tabi`īn memiliki lima sumber yaitu: ayat-ayat Al- Qur’an, sunnah nabi, pendapat sahabat, pendapat tabi`īn sendiri dan isrāilyyah. Tabi`īn menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan isrāilyyah ketika mereka tidak menemukan penjelasannya dari Al- Qur;an atau dari sunnah atau dari pendapat sahabat. Akan tetapi, penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an pada masa nabi dan sahabat diketahui dari mulut ke mulut, karena kodifikasi tafsir dilaksanakan pada akhir masa kerajaan umaiyyah, meskipun kodifikasi itu masih dalam bab khusus dalam kitab-kitab Hadis. Sesudah itu barulah perkembangan kodifikasi tafsir dilaksanakan secara terpisah dari kitab-kitab Hadis ke kitab khusus untuk tafsir.
    -Masa Tadwin Periode kodifikasi tafsir dimulai sejak munculnya pembukuan, yaitu pada akhir kekhalifahan Bani Umayah dan awal kekhalifahan Bani ‘Abbasiyah. Dalam periode ini tafsir memasuki beberapa tahap: Tahap Pertama. Pada tahap ini proses penyebaran tafsir adalah melalui periwayatan.
    lalu Tabi’in meriwayatkan dari Sahabat
    Tahap Kedua. Setelah masa Sahabat dan Tabi’in, tafsir memasuki tahap kedua, yaitu ketika hadis Rasulullah Saw. mulai dibukukan. Kitab-kitab hadis memuat banyak bab, dan tafsir dijadikan satu bab tersendiri dalam kitab-kitab hadist
    Tahap Ketiga. Setelah itu tafsir mulai dipisahkan dari Hadis, sehingga ia menjadi ilmu tersendiri. Setiap ayat dalam al-Qur`an diberi penafsiran, dan disusun sesuai susunan mushaf. Pekerjaan ini dilakukan oleh beberapa ulama
    Tahap Keempat. Pada tahap ini para penulis tafsir berpegang pada metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Namun pada tahap ini mulai ada perubahan dari segi sanad.
    Tahap Kelima. Terjadinya penulisan tafsir yang memadukan antara pemahaman rasional dan tafsir metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Hal ini berlangsung sejak masa Abbasiyah hingga sekarang

    BalasHapus
  11. Nama:Moh faris
    Kelas:XI A
    Contoh Tafsir :

    قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ


    “Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’” (QS. Al-A’raf: 33).

    Allah Ta’ala mengancam orang yang berbicara tentang-Nya dengan berdusta:

    وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ

    “Dan pada hari Kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri” (QS. Az-Zumar: 60).

    Contoh Takwil:



    Ertinya : Dan Tuhanmu pun datang, sedang malaikat berbaris-baris (siap sedia menjalankan perintah),
    Begitu juga disebut di dalam sebuah hadis
    ﻴﻧﺯﻝ ﺍﷲ ﻋﺯ ﻭﺟﻝ ﻛﻝﻟﻴﻟﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻣﺎﺀ ﺍﻟﺩﻧﻴﺎ
    Ertinya :Turun Tuhan kita pada setiap malam ke langit dunia….
    Takwil salaf – Kita tidak mengetahui makna ‘datang’ dan ‘turun’ Tuhan di dalam ayat dan hadis tersebut dan kita serahkan maknanya kepada Allah.Akan tetapi mustahil Allah itu daripada sifat pergi datang dan berpindah – pindah.
    Takwil khalaf - Yang dimaksudkan dengan datang Tuhan di dalam ayat tersebut ertinya telah ‘datang azab Tuhan’ atau ‘datang urusan Tuhan’ yang melengkapi azab dan rahmatNya dan yang dimaksudkan dengan ‘turun Tuhan’ di dalam hadis itu pula ertinya turun malaikat Tuhan kita.


    Contoh Terjemah:
    detikNews
    Home
    Berita
    Jabodetabek
    Jawa Timur
    Internasional
    Hukum
    detikX
    Kolom
    Blak blakan
    Pro Kontra
    Infografis
    Foto
    Video
    Hoax Or Not
    Suara Pembaca
    Jawa Barat
    Jawa Tengah & DIY
    Makassar
    Medan
    Indeks
    detikNews
    Berita
    Surat Al-Ikhlas, Lengkap Arti dan Manfaatnya
    Puti Yasmin - detikNews
    Jumat, 18 Okt 2019 04:46 WIB
    BAGIKAN
    Komentar

    Surat Al-Ikhlas, Lengkap Arti dan Manfaatnya/Foto: iStock
    Jakarta - Surat Al-Ikhlas merupakan surat ke-112 dalam Al-Quran. Surat Al-Ikhlas termasuk golongan surah Makkiyah dan diturunkan setelah surat An-Naas. Apa saja makna surat ini?

    Surat Al-Ikhlas terdiri dari 4 ayat. Disebut sebagai surat Al-Ikhlas karena membicarakan mengenai surat Al-Ikhlas, yakni tentang keikhlasan dan Allah SWT.

    Baca juga:
    Sholat Istikharah: Cara, Waktu Terbaik dan Tanda Jawaban dari Allah




    Berikut arti dan manfaat surat Al-Ikhlas yang dirangkum oleh detikcom:

    1. Arti Lengkap Al-Ikhlas 1-4

    Surat Al-Ikhlas terdiri dari empat ayat. Berikut arti lengkap surat tersebut

    Ayat pertama:

    Arab: قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

    Latin: qul huwallāhu aḥad

    Artinya: Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa'.

    Ayat kedua:

    Arab: اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

    Latin: allāhuṣ-ṣamad

    Artinya: Allah tempat meminta segala sesuatu.

    Ayat ketiga:

    Arab: لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

    Latin: lam yalid wa lam yụlad

    Artinya: (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

    Ayat keempat:

    Arab: وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

    Latin: wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

    Artinya: Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

    BalasHapus
  12. • Moch alan tobroni
    • Firman Allah Ta’ala

    لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

    “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (QS.Yunus : 26).

    Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menafsirkan tambahannya dalam ayat yang mulia di atas dengan melihat wajah Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Syuhaib bin Sinan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

    إذا دخل أهل الجنة الجنة قال يقول الله تبارك وتعالى تريدون شيئا أزيدكم فيقولون ألم تبيض وجوهنا ألم تدخلنا الجنة وتنجنا من النار قال فيكشف الحجاب فما أعطوا شيئا أحب إليهم من النظر إلى ربهم عز وجل

    “Apabila penduduk surga masuk kedalam surga, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu untuk Aku tambahkan kepada kalian.’ Maka mereka pun menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami?’ Bukankah Engkau telah memasukkan kami kedalam surga, dan Engkau telah menyelamatkan kami dari neraka?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu Allah menyingkap tabir, maka tidaklah mereka diberi suatu anugerah yang lebih mereka cintai daripada melihat Rabb mereka Azza wa Jalla.’ Dalam jalur riwayat lain, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat yang agung ini,

    لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ

    “ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah)” ([QS.Yunus: 26] HR. Imam Muslim: 181).


    Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 255:

    وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ

    “Kursi-Nya seluas langit dan bumi.”

    Takwil ayat: 

    Ayat di atas ditakwilkan dengan: ilmu.

    وسع علمه، وسمى العلم كرسيا تسمية بمكانه الذي هو كرسي العالم

    “Ilmu Allah (seluas langit dan bumi). Ilmu disebut kursi. Sesuai dengan kedudukan kursi di sebagai kursi orang yang berilmu.”


    إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

    Bacaan latin: innā a'ṭainākal-kauṡar
    1. Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

    فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

    Bacaan latin: fa ṣalli lirabbika wan-ḥar
    2. Artinya: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

    إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

    Bacaan latin: inna syāni`aka huwal-abtar
    3. Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

    BalasHapus
  13. Nama: Achmadi ansyah
    Kelas: XI-A
    1.contoh tafsir

    مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
    Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

    1. Contoh tafsir surat Al-Ahzab (33) ayat 40 tentang Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir (penutup) yang dipersoalkan oleh golongan yang menamakan dirinya Ahmadiyah, tetapi gaung reaksinya tidak semassif dan seluas kasus dugaan penistaan agama. Padahal masalahnya lebih besar (mendunia), berat dan serius:

    “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

    Motif, tujuan atau kepentingannya adalah menumpang (nebeng) popularitas nama Nabi Muhammad SAW sekaligus membuka peluang munculnya nabi baru sesudah beliau, yakni Mirza Gulam Ahmad.


    2. contoh takwil berdasarkan metod salaf dan khalaf.
    i)Firman Allah
    يَخَافُونَ رَ‌بَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُ‌ونَ
    Ertinya : Mereka (para malaikat) takut kepada Tuhan mereka Yang di atas mereka (dengan kekuasaanNya), serta mereka mengerjakan apa Yang diperintahkan.(Annahli16:50)


    Takwil salaf – Kita tidak mengetahui maksud ‘di atas’ di dalam ayat tersebut.Kita serahkan maknanya kepada Allah dan maha suci Allah itu daripada keadaannya berpihak samada di atas atau di bawah.
    Takwil khalaf – Maksud ‘di atas’ itu ialah ‘ketinggian dan kebesaran’.Maka jadilah maksudnya para malaikat takut dengan ketinggian dan kebesaran Allah.
    ii)Firman Allah
    الرَّ‌حْمَـٰنُ عَلَى الْعَرْ‌شِ اسْتَوَىٰ
    Ertinya : Iaitu (Allah) Ar-Rahman, Yang bersemayam di atas Arasy.(Ta Ha 20:5)
    Takwil salaf – Kita tidak mengetahui maksud ‘bersemayam’ tersebut dan kita serahkan maknanya kepada Allah.Akan tetapi mustahil Allah daripada mengambil tempat dan mustahil zatNya itu daripada bersentuh dengan arasy.
    Takwil khalaf – Maksud bersemayam itu ialah memerintah dan menguasai.Maka jadilah makna ayat tersebut Allah itu memerintah dan menguasai arasy.
    iii)Firman Allah Taala
    وَجَاءَ رَ‌بُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
    Ertinya : Dan Tuhanmu pun datang, sedang malaikat berbaris-baris (siap sedia menjalankan perintah),
    Begitu juga disebut di dalam sebuah hadis
    ﻴﻧﺯﻝ ﺍﷲ ﻋﺯ ﻭﺟﻝ ﻛﻝﻟﻴﻟﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻣﺎﺀ ﺍﻟﺩﻧﻴﺎ
    Ertinya :Turun Tuhan kita pada setiap malam ke langit dunia….
    Takwil salaf – Kita tidak mengetahui makna ‘datang’ dan ‘turun’ Tuhan di dalam ayat dan hadis tersebut dan kita serahkan maknanya kepada Allah.Akan tetapi mustahil Allah itu daripada sifat pergi datang dan berpindah – pindah.
    Takwil khalaf - Yang dimaksudkan dengan datang Tuhan di dalam ayat tersebut ertinya telah ‘datang azab Tuhan’ atau ‘datang urusan Tuhan’ yang melengkapi azab dan rahmatNya dan yang dimaksudkan dengan ‘turun Tuhan’ di dalam hadis itu pula ertinya turun malaikat Tuhan kita.

    BalasHapus
  14. Nama : Luluk Mukarromah R.
    Kelas : XI-A


    Contoh tafsir bil ma’tsur

    فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
    “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah / 2 : 37).

    Kata “‘Kalimaatin” (beberapa kalimat) tersebut dijelaskan oleh ayat yang lain di surat yang lain, yaitu:
    ‎قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23(
    “Adam dan Hawa berkata : Rabbana wahai Tuhan kami, kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami. Dan kalau Engkau tidak mengampuni kami dan tidak memberikan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan menjadi orang-orang merugi”. (QS Al-A’raf / 7 : 23)



    Contoh tafsir bil Ro’yi

    ‎وَمَن كَانَ فِي هَذه أعمى فهو في الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا

    Artinya

    "Barang siapa yang buta (hatinya)di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar." (Q.S. Al-Isra: 72) Ia menetapkan bahwa setiap orang yang buta )أغمى adalah celaka dan rugi serta akan masuk neraka jahanam.

    Padahal yang dimasud dengan buta di sini bukan mata, tetapi buta hati berdasarkan alasan firman Allah.

    ‎فإِنَّهَا لا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

    Artinya:

    Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati dalam dada." (Q.S. Al-Hajj

    : 46)

    BalasHapus
  15. Nama: Nabila Najwa Kamila
    Kelas : XI A

    Sejarah tafsir

    •Masa Rasulullah
    Tafsir pada masa Rasulullah didasarkan pada pemahaman langsung wahyu dengan mengedepankan fakta dan konteks waktu dan tempat. Al-Qur’an
    menggunakan bahasa Arab, Rasulullah SAW. menggunakan bahasa Arab, begitu juga
    kaum saat Al-Qur’an itu diturunkan, juga menggunakan bahasa Arab. Imam AS-Syaukani
    menjelaskan makna ayat di atas dalam kitab tafsirnya bahwa “Hal itu untuk memudahkan Rasulullah SAW. menyampaikan risalah-Nya dan memudahkan bagi umat untuk
    memahami apa yang disampaikan dari risalah tersebut”.
    Sumber penafsiran pada masa Rasulullah yaitu Al-Qur'an dan pendapatnya sendiri

    •Masa Sahabat
    Sahabat adalah orang yang faham
    terhadap Al-Qur’an setelah Rasulullah SAW.
    Ibnu Khaldun mengatakan:
    “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, mengikuti
    susunan kalimat/balaghah mereka, mereka memahaminya, dan mengetahui maknamaknanya”. Akan tetapi mereka berbeda-beda dalam memahaminya karena tingkat
    kecerdasan mereka yang berbeda.
    Kekuasan Islam semakin meluas, Interaksi kamu muslimin pun tidak hanya sebatas dengan orang-orang Arab, melainkan
    dengan orang-orang ‘Ajam (asing) yang tidak mengenal Bahasa Arab. Akulturasi budaya tersebut memunculkan kekhawatiran akan luntur dan hilangnya keistimewaan orang-orang Arab atas orang asing.
    Sumber penafsiran pada masa Sahabat
    1. Al-Qur'an
    2. Riwayat Rasulullah
    3. Ijtihad (pendapat Sahabat)

    •Masa Tabi'in
    Kebutuhan terhadap tafsir semakin dirasakan
    oleh kaum muslimin. Luasnya wilayah kekuasaan Islam, membutuhkan penjelasan
    ayat-ayat yang sulit terutama bagi yang tidak memahami bahasa Arab. Pindah/hijrahnya Sahabat ke kota-kota yang lain untuk mendakwahkan Islam,
    menjadi dorongan kuat para Tabi’in untuk mengkaji tafsir kepada mereka, karena
    mereka adalah orang-orang yang menerima langsung periwayatan Hadis ataupun
    penjelasan ayat Al-Qur’an langsung dari Rasulullah SAW.
    Sumber penafsiran pada masa Tabi'in
    1. Al-Qur'an
    2. Riwayat Rasulullah
    3. Pendapat Sahabat
    4. Pendapat Tabi'in
    5. isroilliyat (cerita" yg di ceritakan orang Nasrani yg sudah masuk Islam)

    •Periode Tadwin
    Tradisi periwayatan
    terhadap Tafsir dan Hadis ini berlangsung hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah.
    Kodifikasi dan pembukuan terhadap ilmu baru dimulai pada akhir pemerintahan Bani
    Umayyah dan di awal pemerintahan Bani Abbasiyah. Dimasa ini perhatian Ulama terfokus
    pada pembukuan hadis sedangkan tafsir menyatu dan termasuk pada bagian tertentu dari pembukuan tersebut.
    Tahapan periode Tadwin tafsir, yaitu
    a. Melalui periwayatan lisan, yaitu masa Rasulullah dan Tabi’in
    b. Melalui penulisan hadis dan periwayatan dengan menggunakan sanad
    yang lengkap.
    c. Terpisahkan dari pembukuan hadis
    d. Dibukukan tersendir dengan memotong sanad, mencukupkan dengan
    sanad yang pertama
    e. Menambahkan dengan pengetahuan yang lain

    BalasHapus
  16. Uswatun hasanah XIA no 44 Desember 2023 pukul 20.44

    -masa Nabi Muhammad saw, penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an menjadi otoritas beliau. Namun, beliau hanya menafsirkan ayat- ayat Al-Qur’an yang dianggapnya penting dan yang ditanyakan oleh sahabtnya. Oleh karena itu, tafsir dari beliau hanya sedikit. Dan sumber penafsiran beliau adalah ayat-ayat Al-Qur’an . -Pada masa sahabat, penafsiran sahabat memiliki empat sumber yaitu: ayat-ayat Al-Qur’an, sunnah nabi, pendapat sahabat sendiri dan isrāilyyah. Sahabat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan isrāilyyah ketika mereka tidak menemukan penjelasannya dari Al-Qur’an atau dari sunnah.
    -Adapun pada masa tabi`īn, penafsiran tabi`īn memiliki lima sumber yaitu: ayat-ayat Al- Qur’an, sunnah nabi, pendapat sahabat, pendapat tabi`īn sendiri dan isrāilyyah. Tabi`īn menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan isrāilyyah ketika mereka tidak menemukan penjelasannya dari Al- Qur;an atau dari sunnah atau dari pendapat sahabat. Akan tetapi, penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an pada masa nabi dan sahabat diketahui dari mulut ke mulut, karena kodifikasi tafsir dilaksanakan pada akhir masa kerajaan umaiyyah, meskipun kodifikasi itu masih dalam bab khusus dalam kitab-kitab Hadis. Sesudah itu barulah perkembangan kodifikasi tafsir dilaksanakan secara terpisah dari kitab-kitab Hadis ke kitab khusus untuk tafsir.
    -Masa Tadwin Periode kodifikasi tafsir dimulai sejak munculnya pembukuan, yaitu pada akhir kekhalifahan Bani Umayah dan awal kekhalifahan Bani ‘Abbasiyah. Dalam periode ini tafsir memasuki beberapa tahap: Tahap Pertama. Pada tahap ini proses penyebaran tafsir adalah melalui periwayatan.
    lalu Tabi’in meriwayatkan dari Sahabat
    Tahap Kedua. Setelah masa Sahabat dan Tabi’in, tafsir memasuki tahap kedua, yaitu ketika hadis Rasulullah Saw. mulai dibukukan. Kitab-kitab hadis memuat banyak bab, dan tafsir dijadikan satu bab tersendiri dalam kitab-kitab hadist
    Tahap Ketiga. Setelah itu tafsir mulai dipisahkan dari Hadis, sehingga ia menjadi ilmu tersendiri. Setiap ayat dalam al-Qur`an diberi penafsiran, dan disusun sesuai susunan mushaf. Pekerjaan ini dilakukan oleh beberapa ulama
    Tahap Keempat. Pada tahap ini para penulis tafsir berpegang pada metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Namun pada tahap ini mulai ada perubahan dari segi sanad.
    Tahap Kelima. Terjadinya penulisan tafsir yang memadukan antara pemahaman rasional dan tafsir metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Hal ini berlangsung sejak masa Abbasiyah hingga sekarang

    BalasHapus
  17. Khofifatul hasanah (XI-A)

    Sejarah penafsiran tentang nabi,sahabat,tabi'in

    al-Quran adalah mukjizat spesial yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk untuk manusia seperti yang tertulis pada Surah al-Baqarah ayat ke-2. Untuk itu, sebagai umat Nabi Muhammad, kita perlu memahami apa dan bagaimana isi dan kandungan al-qur'an.
    Karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari ilmu ilmu agama yang bisa membantu ktia mendapatkan pemahaman dari al-Quran, seperti Ilmu Tafsir.
    Ilmu Tafsir sendiri, secara tidak langsung berkembang sejak al-Quran itu diturunkan pada masa kenabian. Kenapa demikian? Karena meskipun al-Quran berbahasa Arab, para Sahabat Nabi terkadang kurang bisa memahami makna ayat yang ada, untuk itu perlu adanya penjelasan dari Nabi dan muncullah penjelasan atas ayat al-Quran.
    Untuk itu, disini kita akan sedikit membahas bagaimana perkembangan tafsir pada masa Nabi dan Sahabat, hingga perkembangannya pada masa Tabi’in.

    Tafsir Pada Masa Nabi dan Sahabat
    Nabi Muhamamd saw, sebagai penerima wahtu tentu saja memahami ayat al-Quran baik secara global maupun terperinci. Karena itu, beliau  memiliki kewajiban untuk menjelaskan makna dari setiap ayat al-Quran kepada para sahabat.
    Meski demikian, secara mudah para Sahabat sebenarnya tau arti dari setiap ayat karena diturunkan menggunakan Bahasa Arab, namun terkadang para Sahabat kurang memahami bagaimana detail dan maksud dari ayat tersebut.
    Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab dan menuntut uslub-uslub balaghah-nya.
    Karena itu, paham bahasa arab tidak serta merta membuat para Sahabat memahami makna terperinci al-Quran, tapi juga harus didukung dengan pengetahuan bahasa yang melingkupinya.
    Maka, tidak heran jika pemahaman satu sahabat dengan sahabat lain dalam memahami al-Quran berbeda-beda sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki.
    Lalu, apa yang dipegang para sahabat untuk memahami dan melakukan penafsiran terhadap al-Quran? Diantaranya adalah:
    1. Berpegang kepada al-Quran, atau biasa disebut dengan tafsir Qur’an bil Qur’an. Hal ini bisa dilakukan karena terkadang ada ayat yang bersifat Global lalu disusul dengan ayat lain yang menjelaskannya secara rinci dan mendetail.
    2. Berpegang kepada Nabi Muhammad, ketika mengalami kesulitan dalam mehamai al-Quran, para sahabat bisa langsung bertanya kepada beliau dan biasanya akan langsung dijawab dengan penjelasan oleh Nabi.
    3. Berpegang pada pemahaman dan Ijtihad, selanjutnya jika ada sahabat yang belum paham mengenai suatu ayat dan tidak mendapat penjelasan dari Nabi karena belum bertemu, maka para Sahabat akan melakukan ijtihad dengan pemikiran dan pemahaman mereka.
    Pada masa sahabat ini, tidak ada satu kitab tafsir pun yang ditulis dan dibukukan, karena urgensi pada waktu itu lebih kepada bagaimana menjaga al-Quran dan menuliskannya.

    Tafsir Pada Masa Tabi’in
    Selanjutnya, setelah masa sahabat, ada tabi’in yang secara tidak langsung juga memerlukan pemahaman terhadap ayat al-Quran. Para Tabi’in pada waktu itu berpegang kepada sumber yang sudah disebutkan sebelumnya disamping ijtihad.
    Seperti riwayat dari sahabat yang mendengar penjelasan dari Nabi dan sebagainya. Namun, kendalanya adalah tidak semua ayat mendapatkan penafsiran oleh Nabi dan tidak ada kategorisasi yang pas.
    Disinilah lalu kemudian, Tabi’in dan generasi setelahnya mencoba menuliskan pemahaman mereka tentang al-Quran sesuai urutan Mushaf dan menuliskannya hingga menjadi sebuah buku.
    Ketika Islam semakin meluas dan banyak tokoh yang kemudian berpindah, maka disinilah proses transmisi keilmuan mulai dilakukan hingga akhirnya mencetuskan tumbuhnya madzhab, perguruan tinggi dan cabang keilmuan lainnya.

    BalasHapus
  18. Nama : Nahdiyah Intan Q. A
    Kelas : XI-A
    sejarah Penafsiran Al-Qur'an
    1.sejarah tafsir masa rasulullah
    -setiap nabi diutus dengan menggunakan bahasa kaumnya untuk memudahkan menyampaikan wahyu dan mudah dimengerti oleh kaumnya
    -rasulullah adalah yang paling faham terhadap al-qur'an dengan bimbingan malaikat Jibril.Oleh karena itu, nabi Muhammad disebut "the first enterpreter" penafsir al-qur'an pertama dalam Islam.
    2.sejarah tafsir masa sahabat
    -latar belakang:sahabat adalah orang yang faham terhadap al-qur'an setelah rasulullah
    -sumber penafsiran:al-qur'an
    -nama sahabat : abu bakar as-shiddiq, umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dll
    -karakteristis tafsir:menggunakan bahasa teladan, tidak dibukukan masih berbentuk riwayat, tidak menambahkan dengan fiqh, penafsirannya benbentuk global.
    3.sejarah tafsir masa tabi'in
    -latar belakang :penjelasannya diriwayatkan melalui lisan.Pada abad ke-2 H tafsir mulai dibukukan hanya saja masih bercampur dengan hadist dan tidak tersusun sesuai dengan tertib ayat dan surat.Beredarnya penafsiran al-qurcan yg disertai dengan isroiliyat dan juga banyak nya non arab yg memeluk islam
    -sumber penafsiran : al-qur'an, periwayatan rasulullah, pendapat sahabat, pendapat tabi'in, isroiliyat
    4.sejarah tafsir masa tadwin
    -periode pertama:tafsir disusun sebagai salah satu bab dalam hadist.(masa tadwin:pengumpulan&pembukuan tafsir)
    -periode kedua:meliputi ayat al-qur'an dan surah² yang disusun berdasarkan urutan mushaf
    -periode ketiga:cenderung membuat sanad dan meriwayatkan atsar dari sumber ulama salaf tanpa menyandarkan kepada orang yg mengatakannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENERAPKAN KONSEP DALAM KEHIDUPAN

PAS ILMU TAFSIR XII AGAMA