MUHKAM DAN MUTASYABIH DALAM AL-QUR'AN

MUHKAM DAN MUTASYABIH

Oleh: Imam Qori

A.  Definisi Muhkam dan Mutasyabih

Muhkam secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu  hakama dengan pengertian mana’a yaitu melarang dalam hal kebaikan. Adapun kata muhkam diambil dari kata ihkam al-kalam berarti itqanuhu yaitu mengokohkannya dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan memisahkan yang lurus dari yang sesat. Muhkam berarti suatu perkataan yang kokoh, rapi, indah dan benar. Dengan pengertian seperti itulah Allah Swt. mensifati al-Qur‘an.

Mutasyabih secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu syabaha, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Melalui timbangannya yaitu syabaha - asy-syibhu - asy-syabahu - asysyabihu, hakikatnya adalah keserupaan, baik dari segi warna, rasa, keadilan dan kezaliman. Mutasyabih juga dipadankan dengan mutamatsil dalam perkataan dan keindahan.

Muhkam dam mutasyabih secara teminologi ulama’ berbeda pendapat, dia antaranya:

1.    Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang hanya Allah sendiri yang tahu maksudnya.

2.    Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang memiliki satu pengertian saja, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayatayat yang mengandung beberapa pengertian.

3.    Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tidak memerlukan lagi keterangan lain. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang tidak dipahami kecuali setelah dikaitkan dengan ayat lain.

4.    Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan ayatayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat muhkamat adalah  ayat-ayat dalam al-Qur’an yang maknanya dapat ketahui secara langsung tanpa perlu pemaknaan yang lain, tegas, memiliki satu pengertian, dan mudah untuk dipahami. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat dalam al-Qur‘an yang maknanya memerlukan interpretasi lebih lanjut, memiliki makna yang lebih dari satu, dan sulit untuk dipahami tanpa ada penjelasan dari ayatayat yang lain terutama berkaitan dengan yang ghaib

B.  Pendapat Ulama’ tentang Muhkamat dan Mutasyabih

1.    Al-Qur’an mengandung Muhkamat dan Mutasyabih. Hal ini mengacu pada QS. Ali ‘Imran: 7 yang menyatakan adanya muhkam dan mutsyabih dalam Al-Qur’an. S

2.    Seluruh ayat Al-Qur’an seluruhnya muhkkam, berdasarkan QS. Hud: 1 yang memuat asums bahwa ayat Al-Qur’an seluruhnya muhkam.

3.    Seluruh ayat Al-Qur’an adalah mutsyabih. Pendapat ini berdasarkan QS. Az-Zumar: 23, yang mengasumskan bahwa sebagian kandungan Al-Qur’an serupa dengan sebagian yang lain dalam kesempurnaan dan keindahannya

Abdul Jdalil mengatakan tiga pendapat ini benar dari segi istidlal, walaupun orientasanya berbeda. Pertama, orientasnya pada maslah kebaikan, kerapian ayatnya, kedua fokus pada segi relevansi, homogenitas dan keserasian susunan Qur’an, baik aturan hukum, keindahan, kerapian dan inti isi maknanya. Ketiga, tegas berorientasi pada segi realitas dan eksistensi kitab suci baik daam susunan, surat yang jelas, tegas dan lugas, smar, lentur dan fleksbel serta elastis.

Manna’ Al-Qaththan mengatakan sumbe perbedaan berpangka pada maslah waqah dan ibtida’ dalam kaimat والراسخون في العلم yang kedua perbedaan tersebut sebetulmya bisa dikompromikan dengan merinci makna takwil. Ulama’ yang berpendapat bahwa takwil ayat mutasyabih dapat diketahui Allah semata, memahami takwil sebagai hakikat sesuatu. Sedangkan ulama’ yang memahami takwl ayat mutasyabih dapat diketahui juga oleh rang yang mendalam ilmunya, memahami bahwa takwil adalah tafsir ayang menjelaskan maksud kata-kata sehingga dapat diketahui. Dengan demikian tidak ada pertentangan makna

C.  Aspek Tasyabih dalam Al-Qur’an

1.    Tasyabuh yang terdapat pada lafadz ayat

Penggunaan kosakata yang dalam beberapa ayat Al-Qur’an tidak umum digunakan oleh orang arab dan terdengar asing di telinga mereka, contohnya penggunaan kata Abban dalam QS. ‘Abasa: 31

2.    Tasyabuh yang terdapat pada makna ayat

Sebab terjadinya karena terdapat kesamaran pada makna ayat, misalnya makna sifat-sifat Allah, keadaan hari kiamat, hal-hal ghaib dan sebagainya. Contohnya ayat yang terkait dengan sifat Allah dalam QS. al-Fath: 10

3.      Tasyabuh yang terdapat pada lafadz dan makna ayat

Tasyabuh yang terdapat pada lafadz dan makna misalnya dari segi cara melaksanakan perintah wajib dan sunnah yang terdapat dalam QS. Thaha: 14. Dari ayat tersebut terdapat kesamaran tentang bagaimana cara shalat agar dapat mengingat Allah.

   Contoh lain dilihat dari segi waktu sampai kapan batas melakukan sesuatu. Hal ini karena terdapat kesamaran dari petunjuk umum yang dibawakan oleh ayat tersebut. Seperti dalam QS. Ali ‘Imran: 102.

D.   D. Hikmah adanya ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Qur’an

Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari adanya ayat-ayat muhkam dalam al-Qur’an misanya:

1.      Memberikan rahmat orang-orang yang tidak mengerti bahasa Arab.

2.      Memberikan motivasi dan dorongan untuk memahami dan menghayati serta mengamalkan ayat-ayat Allah.

3.      Tidak membutuhkan penakwilan karena ayat muhkam sudah jelas dari makna dan lafadznya.


Sedangkan hikmah yang bisa diambil dengan adanya ayat-ayat mutasyabih yaitu seperti yang dikatakan oleh az-Zarqani yaitu:

1.         Sebagai rahmat dan juga pelajaran bahwa manusia itu memang memiliki keterbatasan pengetahuan. Hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu secara keseluruhan baik tentang hari kiamat, ajal dan sebagainya yang tidak mampu dipikirkan oleh manusia.

2.         Sebagai ujian keimanan terhadap hal-hal ghaib yang sifatnya irasional.

3.         Terbuka ruang untuk berdiskusi dengan adanya perbedaan pemahaman tentang ayat al-Qur’an

4.         Adanya mu’jizat Allah pada ayat-ayatnya yang jika diteliti terdapat aspek balaghah.

5.         Mempermudah menghafal dan menjaga al-Qur’an karena bahasanya yang ringkas dan padat dapat mencakup segala aspek.

  

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENERAPKAN KONSEP DALAM KEHIDUPAN

Kumpulan Kisah Ajaib Penghafal Al-Qur'an

PAS ILMU TAFSIR XII AGAMA